NGEKOS, SEKARANG JUGA BISA LOH DI REDDOORZ!

Kalian ingin merasakan ngekos dengan fasilitas hotel? 

Di RedDoorz jawabannya! 

Fasilitas menginap bulanan eksklusif cuma bisa kamu temukan di RedDoorz karena fasilitasnya lengkap banget. Ada:

TV, AC, WiFi, Water Heater, Fasilitas kebersihan kamar sesuai request, air mineral 2 botol per hari, PAM, dan Listrik.

Budget cuma mulai dari 3 jutaan! 

Ayo langsung tanya-tanya aja ke nomor ini –> https://wa.me/6287883967778?text=Saya+tertarik+dengan+kosan+eksklusifnya

Serangan Cemas

Hari ini, aku pulang ke rumah dengan setumpuk pikiran yang mengganggu dan mengubah hatiku menjadi suatu kegelisahan. Sudah lama aku tak memadu rasa di atas kata-kata. Pada usia yang menginjak satu per empat abad ini, aku rasa sudah bukan waktunya lagi memuja perasaan.

Sebab, pintu demi pintu yang mengantarku untuk melihat luasnya dunia, mulai terbuka satu per satu. Kemudian aku diajak pula oleh Semesta untuk menaiki tangga demi tangga untuk melihat wujud aslinya; yang sebenar-benarnya.

Keputusasaan. Gila validasi. Gila materi. Ambisi. Konflik kepentingan. Perasaan diacuhkan. Sentimentil. Harapan yang runtuh. Orang-orang yang berubah. Kemalangan. Pengkhianatan. Kemunafikan. Pertikaian. Sok aksi. 

Terlalu banyak, aku sampai lupa untuk mengingat. Semuanya kutemui di sepanjang perjalanan ku menyusuri usia ini dan membuatku menjadi seorang realis, bukan lagi pemimpi. Dulu, aku tumbuh dan dikenal sebagai perempuan yang selalu mempunyai pikiran baik, bahkan ketika aku dibohongi sekalipun. Berharap, orang lain akan berbuat baik pula.

Hingga semua hal itu datang, aku merasa terusik sekali. 1 tahun terakhir ku dikuasai oleh amarah, dan emosi yang selalu bergelora. Aku berubah menjadi perempuan yang sangat mudah marah dan mudah mengacuhkan perasaan orang lain. Hatiku keras membatu. Aku selalu berlindung dan mencoba bertahan dibalik sikap keras ini. Pun begitu mudah menghapus kehadiran mereka yang jahat dan penuh drama bagiku. Semudah itu. Karena, untuk apa memendam racun kalau lama kelamaan racun itu perlahan membunuhmu?

Banyak orang yang lalu lalang di dalam kehidupanku. Hampir setengah dari mereka yang ku kira sejati, namun berpindah haluan menjadi seseorang yang begitu asing untuk ku. Begitu pun kepada mereka yang aku remehkan kehadirannya, ternyata mereka lah yang sejati.

Banyak pula hal-hal yang terasa tidak benar melintas di depan depanku. Menyapa sebagai sebuah adegan yg tidak ingin aku lihat. Menyebabkan aku mudah merasa tidak suka, dan berpikiran buruk. Aku menjadi benci pada diriku sendiri karena selama ini aku tidak terdidik menjadi seseorang yang mudah terganggu. Selalu bisa melihat sisi terang dari seseorang dan sebuah masalah. Namun beginilah adanya fase kehidupan yang sedang kulalui. Percaya atau tidak, perasaan-perasaan ini membuat rasa percaya diri pun menurun. Oh, ternyata ini rasanya menjadi seseorang yang mudah membenci. Aku jadi lupa caranya mencintai diriku sendiri.

Singkatnya.. Hal-hal yang tidak menyenangkan itu datang bertubi-tubi hingga akhirnya pertahananku nampaknya mulai goyah, kembali melemah. Hari ini aku lupa caranya bertahan. Aku berubah cemas.

Seolah kolase waktu melaju abnormal, menjadi lebih lambat, sehingga aku bisa merasakan setiap detail perasaan yang tertuang di dalamnya. Perasaan yang ku harap tidak pernah hadir. Namun karena semuanya melambat, semakin lama pula aku bernaung di dalamnya, semakin dalam lukanya, semakin kuat upayaku membuat pertahanan, namun disaat itu pula semakin berat dan perlahan rubuh kembali.

Perasaan cemas ini terlalu besar, sebesar tubuhku, berbentuk bayangan hitam.

Cemas, kalau saja semua hal yang tidak menyenangkan itu menarik ku terjun bebas ke bumi, saat kaki ini ingin melangkah tinggi mengudara.

Cemas, akan menjadikan diriku seseorang yang tidak aku inginkan.

Cemas, jikalau mereka yang ku kira rumah ternyata hanya sebuah persinggahan.

Tidak, aku tidak ingin diriku berubah menjadi seperti ini!

Semoga saja frase sederhana dari temanku yang berbunyi “Percaya saja sama rencana baik Allah” dapat menjadi inangku untuk terus hinggap dengan kata-kata yang mengandung arti iman yang begitu kuat di dalamnya. Diri ini harus diselamatkan, tidak lagi boleh membatu.

KODE PROMO REDDOORZ: TETAPIRIT | POTONGAN HARGA BOMBASTIS!

 

#tetapirit menginap di reddoorz diskon 25% atau sama dengan potongan harga sampai dengan 60 ribu!

*Syarat dan Ketentuan Berlaku

Mau nginap murah trus dapat tambahan diskon 25%? Cara nya mudah, loh..

1. Download aplikasi Reddoorz di Google Play / Apps Store, atau buka website Reddoorz di www. reddoorz.com
2. Pilih tanggal menginap mu dan penginapan sesuai lokasi yang kamu inginkan, dimana pun dan kapan pun

3. Jangan lupa untuk memasukkan kode promo “TETAPIRIT”
4. Tada! Kamu langsung bisa menikmati penginapan dengan harga diskon 25%

MASIH KURANG DISKONNYA? 

Tambahan diskon HINGGA 40% untuk kamu yang ingin melakukan pemesanan kamar: 

Terms and Condition:
* Promo berlaku hingga 30 Juni 2021 dan dapat dilakukan berulang kali, untuk reservasi penginapan di 1000 property Reddoorz pilihanmu di seluruh Indonesia! *

Through Reddoorz, why pay more? 

Segera hubungi saya untuk info lebih lanjut:

Sista Nareswari | Corporate Sales Manager | Email:sista.arunafitri@reddoorz.com | Phone: +62 8788 396 7778

21 hari hidup di 2018

1. Stop lying to yourself about everything!
What I mean by “Lying”, adalah berhenti menolak sebuah perasaan yg hadir karena perasaan apapun yang kamu rasa itu adalah karunia yang Tuhan berikan. Terimalah, akuilah, seiring berjalannya waktu kamu akan menemukan cara untuk mendekap perasaan itu dengan cara yang terbaik.

2. Do the happy right here, right now!
Untuk apa masih menggali-gali perasaan yang tadinya menyakitkan dan sudah mati lalu berkarat; karena kamu sudah memutuskan untuk “berhenti” memiliki perasaan yang telah mati tsb? Kenapa masih menggali bangkai? Shut your fake IG account down, stop stalking, and be happy without knowing what puts you in pain. Kamu berhak berbahagia dengan nyata, tanpa dibayang-bayangi duka lara.

3. Start to love what you do!
Cliché yah.. Banyak pepatah yang ngomong gitu dan mungkin bullshit kalau kita bisa mencintai sesuatu yang sama sekali tidak kita cintai. Tapi, kenapa kamu tidak dengan segera menurunkan ego mu dan mencintai apa yg kamu kerjakan? Yakinlah, bahwa apapun itu, ada hal baik yang bisa kamu ambil.

4. Get rid your laziness out!
“MUSTAHIL!” Saya pun masih berkutat dengan satu kata mujarab itu, yang meruntuhkan segala rupa kegigihan saya dalam melakukan sesuatu. Tapi kalau kamu gak mau, yakin masih mau stuck dalam lingkar hitam yang berulang kali mencederai pertahananmu? Kalau saya sendiri sih gak yakin. So, get up! Chase! Grab it!

5. Believe in your own destiny!
Semesta akan menempatkanmu pada suatu tempat yang akan mempertemukanmu pada hal-hal yang telah digariskan di dalam hidupmu, bahkan sebelum kamu menjadi gumpalan darah. Dan Yang Punya Semesta, telah menentukan waktu yang selalu pas; manusia-manusia yang selalu bermanfaat dalam pertemuan-pertemuan singkat di dalam hidupmu; dan selalu ada hal baik di dalamnya. Bersabarlah dalam menyelami waktu.

Selamat berproses dalam hidupmu, kamu yang lagi baca 🙂

What actually we ladies need to do and to have..

I know, lots of women count on feelings than logic. It’s cliché, everyone knows. Of course we are,  our hormones do complicate us more than it complicate men. But let’s being realistic. You women must be having lots of love issues from dating a wrong guy, trusting false affections, hoping too much on men, etc. Those things.. Should be a warning for us to be more careful with, haha, those Cassanovas around us, ladies. What I wanna tell you from this writings, is that you should leave that guy, who makes you wait, or doesn’t text you back, or come and go as he please–IMMEDIATELY. I mean, come on, we’re on our 20th and we’re not wasting time for the wrong men like ever again. It’s not the time to play anymore. We should be an assertive woman who takes the lead, who makes the decisions, cause.. Call me cliché once more but, there’s a lot of guy on the line!

And, please. You can not live with only love, but slap me in the face if I’m wrong, we need a settled man for our lives. Not the rich one, but at least, he’s responsible enough with his own life. For example? Like graduating his college! Cause he knows that education is such a big deal on carrier life, in this competitive era. Haha, you can call me naïve. You may have your own justification that maybe there’s some people who is not graduated, is capable to have a big company because they are smart in a tactical practice. Or in other side, there might be a graduated man who becomes a taxi driver. Come on! Those kind, of justifications, is just 2 of 10 in reality. In the other hand, your justification is just a minor.

My Dad said, “A responsible man, should have everything to make them a successful person in the relationship to The Up Above, his family, and his own life. To take pray 5 times a day, is a responsible. To finish the college, is a responsible. To make his life enough and collects money for the future, is a responsible. To work for his parents and siblings, is a responsible. To keep his appearance nice and clean, is a responsible.” And many more. Yes, I got his point. It’s not only taking us home after movie night. Or being faithful by dating us for years without cheating. Or whatever. It’s way mooore bigger than that.. An additional to me, he should keep his privacy. Not because he’s keeping a bad secret. But keeping his privacy, is the way of someone respects himself. That’s what gentlemen do. And that’s what I learned lately. Of course, with some sense of humor too (giggling). And the one that match our souls. It’s not easy to find. Damn girl, for two times I would say that fall in love is hard. If it’s easy, then it will go away easily.

Be in love, with a responsible man. If you’re having a crush or maybe dating someone who is not responsible for himself (YET), you should start to think where the relationship will go. You don’t want to be in a relationship and depending your life on love but don’t think the other issues you got to face, right?

I’m saying this, just to be realistic. Not to offend men, nor women. I don’t know my destiny either. Not yet. But I guess, some sort of lessons could be a handbook to step aside to the better place in the future and knows what we want and need the most in marrying someone.

Bicara Tentang Jakarta

(Sila diputar dahulu)

Mari bicarakan kota itu, kota harapan seribu umat yang termaktub di bawah bendera merah putih; Jakarta. Mari bercerita tentang Jakarta, tempat pertama dimana aku mulai berharap untuk senantiasa hidup dengan baik, dan menghirup oksigen pertamaku. Tentang Jakarta, yang menyambut kehadiranku di dunia dengan merah fajar miliknya.

Ya, inilah Jakarta. Kota yang dulunya kunanti kala ku merantau di pulau Sumatra nan asing. Dengan Bandara besar yang membuatku menganga rindu 9 tahun lamanya. Di Jakarta, tak ada yang asing bagiku. Setiap sudutnya ku kenal dengan baik, hingga kuenyam jalan-jalan tikus di beberapa kawasan. Kerabatku tersebar  dimana-mana sehingga ku tak perlu lagi merasa telah dikucilkan oleh Jakarta. Pun tersebar sudut-sudut seni dimana aku bisa menenggelamkan pikiranku yang kerap termangu. Benar, Jakarta telah berhasil menjadi tempatku berguru tentang bagaimana berdaya upaya untuk bangkit kembali selepas realita acap kali meruntuhkan jiwa dan pikiranku yang  gemar berkasih mesra.

Namun, kawan, Jakarta telah beranjak uzur. Tak lagi lincah, tak menyenangkan layaknya dahulu. Aku mulai jemu dengan guratan luka bakar asmara yang tersemat di tiap sudutnya.

Aku geram dengan manusia-manusia yang saling menghimpit dengan para urban, berdesakan, berebut jalan pulang ke rumah dengan latar belakang hasrat yang ingin menyambut istri, suami, anak, orang tua, atau bahkan selingkuhan. Halo, manusia, semuanya jua ingin pulang.

Aku jengah dengan pohon beton yang menjulang tinggi dengan suara klakson mobil dan motor yang saling memaki di bawahnya. Ke kanan, ke kiri, tak bisa ku berlari terbentur sekat tinggi yang menyerang tensi darahku.

Aku pegal hati melihat infrastruktur yang merusak keharmonisan jalanan di Jakarta yang semestinya indah dipadu dengan lampu kotanya yang gemerlap.

Aku gondok dengan peraturan pemerintah–yang inginnya menyelamatkan Jakarta–namun justru menambah kesengsaraan masyarakatnya.

Dan aku selalu naik pitam dengan kriminalitas yang dilakukan oleh insan-insan liar, tak berpendidikan dan tak punya hati.

Setuju padaku, bukan?

Apa ini karena  Jakarta? Ataukah ini aku yang sedianya mengingat Jakarta dengan begitu apik lantaran ku mengenalnya kala diriku masih sungguh belia–tak punya beban nestapa. Kemudian kegetiran terus menyapa bertubi-tubi hingga pada akhirnya aku muak dengan Jakarta dan ingin berlari saja darinya?

Sulit, untuk merasa kasmaran lagi pada Jakarta. Lantas, aku beranikan diri untuk menabur jarak antara ku dengannya. Aku mengambil langkah panjang yang jauh dan menabur jarak antara ku dengan Jakarta. Walaupun mesti dengan susah payah kelaknya ku bangun kembali jaringan sosial di tempat yang baru, tak  mengapa. Agar aku bisa menghargai keberadaannya dan merindu kembali. Kemudian menerima Jakarta apa adanya. Karena mungkin jauh di lubuk hatiku tersirat makna Jakarta sebagai kota kelahiranku dan tempat dimana ku akan kembali lagi.

Tergila-gila Eksplorasi

Manusia akan datang dan pergi dalam hidupmu. Lalu lalang tanpa henti. Ketika kau datang ke suatu lingkungan baru pun kamu akan kenal berbagai macam karakter baru dari orang yang unik, yang menyebalkan, dan mungkin yang membawa impact besar ke dalam hidup mu. Maka seiring kedatanganmu ke lingkungan baru itu, suatu perjalanan baru juga akan dimulai untuk membentuk sebuah cerita..

Tak segan saya eksplor beberapa lingkungan baru untuk refresh cerita lama menjadi cerita baru, menambah wawasan, dan menambah pelajaran (mungkin).

Lalu terjadilah kegilaan saya dengan penjelajahan ke tempat-tempat baru yang punya banyak komunitas. Pastinya komunitas seni, atau apapun yang sesuai dengan minat saya. Seru! Apalagi kalau lingkungannya menyambut dengan baik dan sangat ramah. Rasanya macam rumah kedua, bahkan lebih nyaman dari rumah sendiri. Seperti ada magnet yang meramu candu di dalam nya agar saya selalu ingin kembali kesana. Tempat dimana saya bisa menjadi diri sendiri, mengekspresikan semua pemikiran dan karya sesuka hati, teduh dan rindang hingga begitu betah nya berada disana lama-lama.

Dan dari situ, saya mengenal banyak orang (sekali lagi diulang). Karenanya, jadi mudah membaca apa yang ada dibalik tubuh seorang manusia, yang bergemuruh di dalamnya, yang sudah diatur oleh-Nya. Maksud saya, bukan isi perut nya, tapi isi hati dan pikirannya. Dari situ pula saya bisa beranjak dari pusaran masa lalu yang mematikan. Menarik sungguh keras sehingga saya berhasil keluar. Yang seperti saya bilang di atas, “bertemu seseorang yang MUNGKIN memberikan impact ke dalam hidup saya”.

Lalu sepanjang eksplorasi ini, saya suka memasang-masangkan lagu apa yang cocok untuk satu situasi tertentu. Haha! Itu hanya sejentik hal yang menarik dari keseluruhan eksplorasi yang saya lakuin belakangan ini. Hasilnya? Pikiran menjadi begitu imajinatif, mungkin kreatif, dan jadi semangat karena percikan kreatifitas terbakar kembali. Terakhir kali saya merasa seperti ini mungkin 3 tahun lalu. Dan demi langit dan bumi, saya tidak mau kehilangan hal itu lagi.

Sumpah, baru sadar ini adalah hal-hal yang membuat saya senyaman-nyamannya menjadi sesosok manusia..

Berinteraksi dengan orang-orang baru yang saya kenal, dan berekspresi dengan karya-karya saya itu bak charger hape yang mengisi energi ke dalam tubuh hingga full. Tanpa larangan, tanpa aturan, dan tanpa nyinyiran. Sangking tergila-gila nya, saya sampai lupa waktu, lupa tubuh, lupa segala nya hingga akhirnya saya jatuh sakit dan duduk disini, di depan laptop lalu menulis kata demi kata ke dalam blog ini. Peduli setan! Kapan lagi bisa merasa semuda ini? Mungkin 3 atau 4 tahun lagi orientasi hidup sudah berubah, tubuh tak lagi sebandel ini, dan tanggung jawab makin banyak.

Saya heran, apa mungkin di usia-usia saya ini memang lagi meletus-letusnya energi dan semangat yang ada di dalam tubuh? Kalau pernah lihat video clip nya Katy Perry yang “Fireworks” pas adegan ada kembang api yang muncul dari dada seorang perempuan, mungkin bisa diibaratkan saya seperti itu?

tumblr_maxnniyb5D1rr514e

Tapi sungguh, kalian harus coba! Mumpung masih muda, fisik lagi sehat-sehat nya, kepala lagi kreatif-kreatif nya, dan semangat lagi membara-bara nya. Nanti kalau engga, udah tuanya nyesel lho gak sempet ngerasain eksplor-ekplor hal yang seru kayak gini.

Remember, eksplorasi gak harus ke tempat-tempet hits yang pemandangannya bagus, dan menyatut harga yang mahal. Tapi cukup menjadi diri sendiri dan mengembangkan aspirasi terdalam dari diri. Kalau suka membaca, bacalah! Kalau suka foto, pergilah hunting foto dengan kamera mu dan ciptakan hasil foto yang menakjubkan! Kalau suka alam, pergilah mendaki! Apapun itu yang menjadi kesukaanmu, gali dan wujudkan itu menjadi nyata. Be your true colour.

Kalau saya? Mungkin seni, kebebasan, dan sosialisasi menjadi aspirasi terdalam, sedalam semudera.

Oh iya sama satu lagi. Saya sedang mengeksplor Tuhan juga 😉

Rindu Alam

Bukan..

Bukan nama restoran di puncak. Tapi mengenai rindu terhadap alam liar yang bebas sudah memuncak hingga menggebu-gebu ke ubun kepala.

Rindu perjalanan jauh yang terkadang diselingi lagunya Toto yg judulnya “Africa”, atau “Fields of gold” nya Sting. Rindu mengukir setiap inci aspal atau tanah yg dijejak oleh kaki atau ban mobil. Rindu menangkap setiap momen bebas tak punya beban. Rindu kulinernya. Rindu masyarakat sekitar. Rindu semuanya..

Tahun ini aku berikrar untuk menyapa alam, yang ke sekian kalinya..

PhotoGrid_1423119660408[1]

PhotoGrid_1412953437764[1]

PhotoGrid_1414391900223[1]

PhotoGrid_1414392710071[1]

Bahagia?

IMG_0281[1]

(diambil di Perpus Pusat, UI, oleh saya sendiri)

Bagi keluarga di atas, berbahagia cukup dengan makna yang sederhana saja. Asal bersama, melihat anak laki-laki mereka tumbuh dari hari ke hari, merawatnya dengan penuh kasih sayang dan tawa penuh syukur.

Berbahagia tidak perlu mahal. Cukup duduk di tepi danau secara cuma-cuma, di bawah pohon yang rindang, mendengar gesekan daun yang ditiup angin, air yang berdesir, dan memberi makan anak. Tidak ada sepeser uangpun yang keluar, bukan? Dan tentunya, ada cinta yang bersinergi diantara mereka. Bahagia dalam hening. Indahnya…

Bagiku, kebahagiaan yang bisa ku rasakan saat ini hanyalah Tugas Karya Akhir, musik, menulis, dan teman-temanku. Keluarga? Bosan, setiap hari ketemu. Masa depan? Lagi-lagi uang. Harus aku mengejar uang melainkan kebahagiaan? Apakah aku harus setuju dengan pendapat orang lain bahwa “uang itu adalah kebahagiaan”? Tidak. Aku tidak perlu uang untuk berbahagia. Ada hal-hal yang tidak bisa dibeli pakai uang seperti menyaksikan senyuman, tangis, kebahagiaan, mendengarkan cerita, merasakan kebersamaan, dan mendapatkan pelajaran. Lebih sulit didapat daripada bahagia karena uang.

Benar. Aku belum cukup bahagia. Atau belum terlalu tau apa arti “bahagia” yang sesungguhnya. Kenapa aku tidak bisa menyederhanakan arti kebahagiaan itu sendiri?

Iya. Aku merasa sepi di tengah rasa bahagiaku yang palsu dan belum sempurna ini. Kau tahu apa yang bisa menyempurnakan kebahagiaanku?

Perjalanan dan kamu.

Untuk teman saya yang introvert

Ada kalanya saya merasa senang akan sesuatu. Senang karena saya punya teman-teman yang begitu hebat, menjadi pengisi kekosongan saya di kala sepi, yang selalu menjadi pendengar bagi semua masalah saya. Karena saya akuin saya sungguh lemah untuk menghadapi masalah sendirian. Mereka mendengar; Dari saya mencoba mencari saran, dengan sabar mereka menghadapi saya yang batu kalo dibilangin (ga dengerin omongan mereka) yang berakhir semua omongan mereka benar dan apa yang saya yakini salah, hingga saya jatuh dan mereka berusaha membangkitkan saya kembali.

Dan beruntungnya adalah mengetahui bahwa mereka sungguh tulus sama saya. Mereka tidak pernah meninggalkan saya. Mereka selalu merindukan saya ketika jauh, mencari saya, khawatir ketika saya sedang berada dalam masalah yang besar, dan bela-belain meluangkan waktu mereka untuk menginap di rumah saya dan menjadi teman curhat saya semalaman.

Iya. Beruntung punya teman-teman seperti mereka. Kalau tidak, mungkin saya akan selalu berada di dalam suatu jawaban yang tidak membawa saya kemana-mana selain stuck di satu jawaban itu dan juga tidak membawa saya ke arah solusi.

Saya tidak peduli apa kekurangan mereka, kesalahan apa yang mereka perbuat terhadap saya. Karena ketika saya sayang, saya akan melupakan semua itu dan tetap menyayangi mereka. Bahkan untuk hitungan orang yang mudah marah, saya bisa dilemahkan hanya dengan harga ketulusan dan mengingat hal-hal baik apa saja yang pernah mereka berikan pada saya.

Tapi terkadang saya suka berpikir, apakah saya sudah menjadi teman yang baik untuk mereka? Iya. Saya sangat-sangat ingin menjadi yang terbaik untuk mereka semua karena saya tidak ingin kehilangan mereka.

Ada seorang sahabat saya. Salah satu prioritas nomor satu saya di segala hal. Seorang perempuan yang teguh, kuat, yang sering menghilang. Namun terkadang suka datang secara misterius ketika saya punya masalah besar. Sebentar. Tapi cukup menggentarkan bumi tempat saya berpijak karena kehadirannya yang penuh makna. Orangnya penuh dengan segudang quotes dikepalanya karena… Mungkin pengalaman hidupnya yang mengajarkannya bisa menjadi lebih bijaksana. Mungkin? Kenapa mungkin? Iya. Saya tidak tau pasti tentang bagaimana dia menjalani kehidupannya, masalah apa yang dihadapinya, dan bagaimana dia selesai melalui semua itu hingga membentuk pribadinya yang bijaksana seperti sekarang. Berbeda dengan saya yang selalu memberi tahu cerita kehidupan saya secara blang-blangan kepada dia sehingga dia tau cerita saya mulai dari nol ke seratus, hingga ke nol lagi. Maka jika saya berubah menjadi lebih baik, mereka pasti tau apa yang telah mengubah saya.

Tidak. Saya tidak menyalahkan dia untuk bersikap seperti itu karena itu hak dia, mau bercerita atau tidak mengenai kehidupan pribadinya walaupun saya adalah sahabatnya. Tapi saya juga bertanya-tanya “apakah dia merasa saya kurang baik untuknya sehingga saya tidak dijadikan tempatnya untuk bercerita? Atau, memang dia terlalu introvert?” Tapi tidak jika ia sedang menanggapi cerita saya. Dia begitu atunsias, dan responsif.

Atau terlalu takut masalahnya akan membebani pikiran saya juga. Sahabat, percayalah. Waktu ku, pikiranku, selalu ada untuk kalian ga peduli apa yang sedang aku hadapi saat ini (untungnya tidak ada yang berat selain jatuh cinta).

Saya tau, karakter orang introvert itu sangat kompleks, terutama di dalam jiwanya, karena segala sesuatu ia simpan di balik benteng yang ada di dalam dirinya sendiri dan tidak membiarkan dunia luar tau akan masalahnya. Banyak berpikir di dalam. Berbeda dengan saya yang ekstrovert, selalu mengekspresikan apa yang saya rasa.

Mungkin dia memang tipe pendengar yang baik. Itu yang bisa saya ambil dan saya syukuri bisa bersahabat dengan orang seperti dia. Persahabatan kami ini judulnya “Saling Melengkapi”

Tapi satu yang ingin saya sampaikan kepada orang-orang introvert di sekitar saya karena saya terlalu peduli sama kalian.

Ada orang di luar sana yang akan mengerti dirimu lebih baik dari dirimu sendiri. Ia akan menolongmu keluar dari lingkaran pikiranmu yang hanya sebatas bentang yang kamu buat itu.

Akan ada orang yang akan menerima kekuranganmu tanpa peduli orang itu harus menurunkan egonya yang tinggi hanya untuk mengerti kamu.

Akan ada orang yang sepengertian itu, sesabar itu, dan sesayang itu sama kalian di luar sana. Mungkin orang itu saya. Hanya saja, orang-orang introvert ini tidak mau memberi saya kesempatan untuk melakukan semua hal itu kepada mereka. Saya bisa mengatakan hal ini, karena saya sudah merasakannya. Bagaimana rasanya membuka hati untuk sekitar, dan apa yang kita terima ketika hati kita sudah terbuka.

Teman adalah jawaban lain yang tak pernah terpikirkan oleh kita. Entah itu teman curhat, sahabat, atau… Pasangan hidup. (Sista)